sebenarnya saya juga belum baca semua... karena pajangggg sekali...., tapi mungkin kalian yang suka membaca... silahkan baca ini.
:D
5 Cara Menulis Paragraf Pertama Seperti Cerpenis Kelas Dunia
Bagaimana
cara cerpenis kelas dunia menulis paragraf pertama ?
Baik,
Anda paham.
Pertanyaannya, bagaimana cara membuat paragraf pertama yang
menarik ?
Menulis
paragraf pertama pada draft awal mungkin bukan perkara sulit. Anda hanya perlu
menulis tanpa mengedit, seperti nasihat Guy de Maupassant:
Untuk
memulai menulis cerita, Anda cukup menggoreskan hitam diatas
putih –> Click to tweet
Namun
saat merevisi draft awal, Anda wajib mencemaskan paragraf pertama. Jika
paragraf pertama Anda gagal menunaikan tugasnya, alamat sia-sialah seluruh
kerja keras Anda.
Anda
tidak mau itu terjadi, bukan ? Jadi pada posting ini kita akan belajar menulis
paragraf pertama……dan kita akan mempelajarinya dari cerpen-cerpen klasik dunia.
Tapi mengapa dari cerpen-cerpen klasik dunia?
Karena
cerpen-cerpen klasik terbukti bertahan melewati waktu, antara lain karena daya
tarik paragraf pertamanya…..Selain soal selera. Juga.
5 Cara Menulis
Paragraf Pertama Sebuah Cerpen
Sedikitnya
ada 5 cara menulis paragraf pertama yang bisa ditiru dari cerpen-cerpen klasik.
Catatan :
Anda bisa membaca utuh contoh cerpen-cerpen dibawah pada Fiksi Lotus (Maggie Tiojakin)… 2 diantaranya termasuk dalam
buku Kumpulan Cerpen Klasik Dunia Fiksi Lotus vol.1 (Gramedia Pustaka Utama,
2012). Volume 2-nya akan terbit awal tahun 2013.
Berikut
kelima cara tersebut :
1. Memunculkan
Masalah Yang Harus Diselesaikan Oleh Karakter
Pembukaan
ini favorit para penulis. Pembaca (dan manusia umumnya) tertarik pada masalah –
khususnya yang terjadi pada orang lain.
Satu
dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan, enam puluh sen dari jumlah
itu terdiri dari uang receh bernilai satu sen-an, hasil simpanannya selama
ini—yang didapatnya dengan cara mendesak tukang sayur, tukang daging dan penjaga
toko kelontong agar sudi menjual dagangan mereka kepadanya dengan harga
termurah. Proses tawar-menawar itu tidak jarang membuatnya malu, hingga pipinya
memerah, sebagaimana semua orang pasti merasakan hal yang sama jika mereka ada
di posisinya. Tiga kali sudah Della mempermalukan diri. Satu dolar dan delapan
puluh tujuh sen. Lebih sial lagi, besok adalah Hari Natal.
Contoh
pembukaan diatas lansung mengetengahkan pokok persoalan yang harus diselesaikan
oleh karakter (Della) :
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu…
……
besok adalah Hari Natal.
Emosi
pembaca terhubung dengan cerita karena mengangkat masalah yang familar. Di
Indonesia, sebagian besar kita mengalaminya –minimal- sekali setahun (cukup
mengganti Natal dengan Lebaran).
Untuk menonjolkan masalah, O. Henry mendramatisir
latar belakang karakter yang hidup pas-pas-an.
Lewat
detail; Uang receh. Mendesak pedagang untuk memberikan
harga termurah. …membuatnya malu hingga pipinya merah…. O. Henry
menunjukkan beban hidup keseharian karakternya. Informasi ini dengan sendirinya
meningkatkan intensitas masalah.
2. Memulai Dengan
Aksi
Jenis
pembukaan ini lansung melompat ke tengah cerita. Tanpa latar belakang.
Sebuah
insiden memotong semua latar belakang yang bertele-tele (biasanya hadir dalam
draft awal)…tepat saat aksi karakter mengambil alih cerita.
Aku
menjauh dari trotoar, berjalan mundur beberapa langkah dengan wajah tengadah,
lalu dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong
di sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!”
Teknik
membuka cerpen dengan aksi mengacu ketat pada prinsip show
don’t tell(tunjukkan, jangan katakan).
Lihat
bagaimana Italo Calvino menunjukkan aksi tokoh ‘Aku’ lewat
rincian; Menjauh, berjalan mundur, wajah tengadah, mengatupkan tangan…
Menunjukkan membuat adegan lebih hidup. ketimbang
hanya mengatakan ‘aku berdiri di trotoar dan berteriak
memanggil Teresa’.
3. Memberikan Garis
Besar Cerita
Pembaca
bisa mengidentifikasi garis besar cerita hanya dengan membaca paragraf pertama.
Namun
hati-hati menggunakan jenis pembukaaan ini. Menampilkan seluruh garis besar
cerita sama saja menyuruh pembaca Anda pergi. Karena itu, jenis pembukaan ini
sengaja menahan informasi penting mengenai motif karakter (alasan mengapa kisah
terjadi).
Contohnya
cerpen Pesta Makan Malam (1973) karya Roald
Dahl, seorang penulis dan penyair asal Inggris.
Begitu
George Cleaver resmi menjadi seorang jutawan, dia dan istrinya, Mrs. Cleaver,
pindah dari rumah kecil mereka di pinggiran kota ke sebuah rumah mewah di
tengah kota London. Pasangan itu kemudian menyewa jasa seorang koki asal
Prancis, Monsieur Estragon, dan seorang pelayan berkebangsaan Inggris,
Tibbs—dengan tuntutan gaji yang sangat besar. Dibantu oleh kedua orang
tersebut, pasangan Mr. dan Mrs. Cleaver pun berniat menaikkan status sosial
mereka dan mulai mengadakan pesta makan malam yang luar biasa mewah sebanyak
beberapa kali seminggu.
Pembaca
bisa mengetahui, kalau cerpen ini berkisah tentang rencana pasangan Cleaver
untuk meningkatkan status sosial mereka.
Dikatakan
garis besar, juga, karena telah memperkenalkan karakter, yang
terdiri dari Mr & Mrs. Cleaver, koki Estragon, dan pelayan Tibbs.
Mengandung benih konflik antara pasangan Cleaver Vs. Koki
& pelayan yang menuntut gaji besar…serta latar di rumah
mewah kediaman pasangan Cleaver.
Yang
tersisa hanya alasan; kenapa ?
Kenapa
untuk meningkatkan status sosial, pasangan Cleaver mesti menggelar pesta-pesta
makan malam yang mewah …sampai rela menggaji mahal seorang koki asal Perancis ?
Roald
Dahl sengaja menahan informasi tersebut sebagai trik menarik orang
membaca.
4. Mengisyaratkan
Bahaya (Ketegangan)
Pembukaan
ini memberi pertanda kepada pembaca tentang bahaya yang menghampiri karakter –
Manusia menyukai ketegangan, sebenarnya.
Contohnya
bisa dilihat pada cerpen The
Interlopers (1919) karya Saki (nama pena dari Hector Hugh Munro), seorang
penulis asal Inggris
Di
tengah rimbunnya pepohonan dalam sebuah hutan lebat di belah timur tebing
Pegunungan Carpathian, seorang pria berdiri tegap mengawasi sekelilingnya. Saat
itu musim dingin, dan ia tampak seolah sedang menunggu monster hutan datang
menghampirinya, dalam jangkauan pandangannya, agar kemudian dapat ia bidik
dengan senapan berburunya.
Saki
mengirim pertanda bahaya melalui :
– Karakterisasi ;
….berdiri tegap mengawasi sekelilingnya…dan ..tampak seolah menunggu
monster hutan.
– Latar ;
…Pegunungan, tebing, hutan lebat, musim dingin, dan…
– Peralatan untuk
membunuh berupa…. senapan berburu.
5. Menampilkan
Lokasi Cerita
Membuka
dengan tempat kejadian hanya jika tempat tersebut berperan besar dalam cerita.
Saat
itu larut malam dan semua orang beranjak meninggalkan café tersebut kecuali
seorang pria tua yang duduk dalam bayang-bayang dedaunan pohon yang berdiri
kokoh di samping sebuah lampu listrik. Di siang hari, jalanan di depan café
sarat akan debu kotor, namun di malam hari embun yang terbentuk di udara
serta-merta menyingkirkan serpihan debu dari permukaan jalan. Itulah sebabnya
si pria tua senang duduk di café saat semua orang justru ingin pulang ke rumah,
karena ia tuli dan di malam hari suasana di jalan tersebut berubah sunyi,
seolah membawanya ke alam lain.
Pembukaan
ini memberi petunjuk kepada pembaca adanya hubungan spesial antara lokasi
kejadian dengan karakter ….dan tema cerita secara keseluruhan – Hemingway sudah
mengisyaratkan itu melalui judul. Juga.
Lihat
contoh diatas. Hemingway meminjam tempat sebagai media karakterisasi…Visualisasi
lokasi cerita mewakili sifat penyendiri karakter si pria tua. Itulah
tipe pria-pria berjiwa rentan, kesepian, dan biasanya mengidap insomnia – itu
sebabnya memilih kafe (yang bercahaya terang). Bukan bar.
Catatan
: tidak ada alasan pribadi kenapa saya memilih cerpen ini sebagai contoh
Paragraf Pertama
Memancing Pertanyaan Pembaca
Paragraf
pertama sebuah cerpen menarik karena memicu rasa ingin tahu pembaca.
Pertanyaan
menyuap orang agar meneruskan bacaan.
Meski
kelima paragraf pertama cerpen diatas berbeda, namun semuanya memancing
pertanyaan dibenak pembaca :
- Membuka dengan masalah yang harus diselesaikan oleh karakter
Pembaca
ingin tahu bagaimana karakter menyelesaikan masalah ? Perubahan apa yang
terjadi pada diri karakter setelah melewati masalah ? (resolusi).
- Membuka dengan aksi (insiden)
Apa
maksud karakter melakukan aksi (insiden) ?
- Membuka dengan garis besar cerita… TAPI
menahan informasi penting mengenai motif; kenapa karakter melakukan sesuatu?
- Membuka dengan pertanda bahaya (ketegangan)
Apakah
karakter berhasil melewati bahaya ? Apa yang akan terjadi dengannya ?
- Membuka dengan menampilkan lokasi cerita
Mengapa
tempat tersebut istimewa ? Apa hubungan lokasi cerita dengan karakter…dan tema
cerita secara keseluruhan?
…Satu hal lagi.
Selalu menampilkan karakter dalam paragraf pertama.
Ada
alasan mengapa kelima pembukaan cerpen diatas lansung memperkenalkan
karakternya. Penulisnya tahu sifat dasar manusia. Setelah semua, manusia paling
tertarik dengan sesamanya. Itu sebabnya kehadiran karakter, atau nama orang,
lansung menarik perhatian pembaca.
Sangkalan :
Belum ada teknik menulis yang berlaku efektif bagi semua penulis… Teknik
menulis yang sama tidak menjamin hasil yang sama ditangan dua penulis berbeda.
Bagaimana Dengan
Anda ?
Apakah
Anda punya pembukaan cerpen favorit ? Saya ingin Anda menulis kutipannya pada
kolom komentar dibawah – dengan senang hati, mari kita mendiskusikannya.
…dan
terima kasih. Saya sangat menghargai Anda, karena mau berbagi posting
bermanfaat ini kepada teman Anda via facebook & twitter.
Maaf... maksudnya itu "panjangggg"
BalasHapus